Fenomena Bus Umum
Gue teringat akan salah satu kejadian lucu saat berlibur ke Solo. Gue ingat persis, kejadian ini terjadi pada bulan Desember tahun 2006 lalu. Saat itu, gue, nyokap dan kakak perempuan gue yang notabene sama-sama katrok, diajak oleh sodara gue untuk pergi ke Candi Prambanan. Itu adalah kali pertama gue menginjakan kaki di pulau Jawa! Iye..Jawa! (Tuh kan, udah gue bilang katrok masih aja gak percaya!) 😳
Setelah berdiskusi panjang kali lebar kali tinggi, akhirnya kami memilih untuk berekreasi ke Candi Prambanan dengan menggunakan BUS Umum! Memang sih ada kendaraan pribadi, tapi kami lebih memilih bus karena ingin merasakan nikmatnya naik bus di Kota Solo. Jarang-jarang kan naik bus! (Lagi-lagi KATROK!) 😆
Berhubung rame, kami pun duduk terpisah. Kakak perempuan dan sodara gue duduk di barisan depan, sementara gue dan nyokap duduk di barisan tengah. Di perjalanan, gue pun asik SMS-an dan main internet. Ya..sesekali ngecek akun Friendster gue, kali aja ada yang add atau sekedar ngirim testimoni :D.
Tepat di perhentian lampu merah, bus yang kami tumpangi dinaiki oleh pedagang asongan (bakal gue singkat jadi PEDAS :P) yang menjajalkan makanannya.
- PEDAS : “Tahu pong..tahu pong..tahu pong!”, teriak si pedagang asongan sambil membagikan dagangannya kepada semua penumpang.
- NYOKAP : “Wah..hebat ya disini, pedagang asongannya baik bener. Kita dikasih tahu pong gratis gini!”, kata nyokap gue pelan sembari melahap tahu pong yang diberikan oleh si pedagang asongan.
- GUE : “Iya ya ma, gak nyesel naik bus ini!”, kata gue girang sambil ikut melahap tahu pong tersebut.
Saat akan tiba di perhentian lampu merah berikutnya, pedagang asongan tersebut terlihat sibuk mengumpulkan kembali makanan (tahu pong) yang sempat dibagikannya kepada penumpang.
- NYOKAP : “Kok tega ya mereka kayak gitu? Nggak ngehargai orang banget, udah tahu pongnya dikasih gratis, eh..masih aja ditolak.”, kata nyokap dengan nada sinis.
- GUE : “Ho’oh!”, kata gue singkat sambil ngembat tahu pongnya.
Pedagang asongan itu pun akhirnya tiba di bangku gue dan nyokap.
- PEDAS : “Sama sebelahnya ya, bu?”, tanya si doi.
- NYOKAP : “Iya mas!”, kata nyokap sopan sambil mesam-mesum memamerkan giginya yang kinclong cemerlang.
- PEDAS : “2 bungkus sepuluh ribu ya, bu!”, kata si pedagang asongan.
Jreng..jreng…jreng…
Langit gonjang-ganjing dan bumi pun bergejolak! #EdisiLebay
Disitu gue dan nyokap baru sadar kalo TAHU-PONG-YANG-KELIHATANNYA-GRATIS-ITU-TERNYATA-NGGAK-GRATIS! Dengan wajah merah merona bak mawar merah, akhirnya nyokap gue pun ikhlas tak ikhlas mengeluarkan duit 10 ribu perak dari dompetnya dan memberikannya kepada pedagang asongan tersebut. Yeai..nasib jadi orang KATROK! 😆
Sesaat setelah pedagang asongan tersebut melongos pergi….
- NYOKAP : “Tahu gini tadi mama gak makan tahu pongnya. Nggak enak, asin banget rasanya!”, kata nyokap sebel.
- GUE : “Gak enak kok dihabisin, ma?”, tanya gue sambil cengengesan.
- NYOKAP : “Kan mama LAPER!”, kata nyokap sambil cengar-cengir.
- GUE : “&*$#%!”, sambil garuk-garuk tanah 😆
Yep..sejak saat itu, gue dan nyokap menjadi lebih waspada. Setiap pemberhentian di lampu merah dan ada pedagang asongan yang menawarkan dagangannya, gue dan nyokap memilih untuk menolak dagangan yang mereka tawarkan tersebut secara halus. Maklum aja, selama di Jayapura tidak ada pedagang asongan yang dapat bebas menjejalkan dagangannya hingga ke dalam bus. Paling banter ya lewat jendela doang! Tapi gue yakin, itu merupakan salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh para pedagang asongan. ANDA BERHASIL! 👿
Tak hanya pedagang asongan yang sering berlalu lalang sepanjang perjalanan. Hingga ke Candi Prambanan, banyak pula pengamen yang sering berpentas ria di dalam bus! Gue dan nyokap yang lagi-lagi tak terbiasa dengan fenomena tersebut akhirnya hanya bisa pasrah! Tak sedikit diantara mereka yang suaranya pas-pasan bahkan cempreng, namun memiliki keberanian untuk berunjuk gigi! Okelah, mending nyanyinya santai. Nah ini? Teriak nggak, ngeden iya! :lol:.
Gue dan nyokap heran aja, nyanyi kok kayak tikus kejepit gitu. Nyanyinya terlihat maksa banget, sampai –sampai urat di leher pun terlihat mau putus! Tak jarang, gue dan nyokap lebih memilih untuk berbagi headset, mendengarkan lagu-lagu rock sekelas Avenged Sevenfold, Linkin Park dan MXPX di handphone gue, wkakakak…. 😆
kok tega ibumu dikasih lagu2 A7X sih… jangan lagu yg so fu*k*n nightmare lagi *doh!
Jiah, kaya kejadian ku dulu dink nih ceritanya hehe
Jiahaha…ternyata gak hanya saya aja ya 😛
Syukurlah, masih ada temennya yang sama2 katrok, wkwkwkw…
*melongos kabur, sembunyi dalem koteka 😆
hanya ada di INDONESIA. 😀
cobain juga naek kereta bro, pasti rasanya lebih dahsyat apalagi yg kelas ekonomi :))
Wah..saya cuma pernah naik Pramex aja mas dari Solo-Jogja-Solo 😀
Hampir mirip sih emang, tapi masih mending malah dibandingkan dengan kejadian di bus ini 😀
kalo di bis memang sering di bagi dulu mas makanannya, baru terakhirnya di tarikin tuh biaya makanannya.