Hutan Sebagai Sumber Kehidupan
Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Bagi manusia, hewan dan tumbuhan, hutan menjadi bagian terpenting yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Selain sebagai sumber air tanah dan penghasil oksigen, hutan juga berfungsi untuk menyerap karbon dioksida. Karbon dioksida sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Tak hanya itu, keberadaannya di alam ini juga berfungsi untuk mencegah banjir, longsor maupun erosi.
Namun kini, semua seakan telah terlupakan. Beberapa fungsi hutan kini hanya menjadi sebuah “pajangan” semata. Banjir, longsor maupun erosi yang belakangan ini kerap terjadi, seakan sudah menjadi “makanan pokok” yang rutin terjadi setiap tahunnya. Kalau sudah seperti ini, maka siapa yang akan disalahkan?
Tidak bisa kita pungkiri, hampir dari semua bencana yang tengah terjadi tersebut diakibatkan oleh ulah manusia yang mengakibatkan menurunnya fungsi hutan. Salah satu contohnya adalah adanya alih fungsi hutan yang semakin parah. Akibat alih fungsi hutan tersebut, produktivitas hutan menjadi semakin menurun seiring berkurangnya area luasan hutan. Salah satu contoh alih fungsi hutan yang kerap terjadi adalah adanya pembangunan pusat perbelanjaan, kawasan perumahan, maupun perkantoran yang tidak sesuai dengan keberadaannya. Dengan demikian, daya dukung hutan pun semakin menurun akibat terdegradasi.
Salah satu hal terpenting lainnya yang mengakibatkan luasan hutan yang semakin menurun adalah karena adanya ladang berpindah. Ladang berpindah merupakan momok yang kerap terjadi di beberapa daerah yang ada di Indonesia, termasuk Jayapura. Keberadaan ladang berpindah jelas menjadi sebuah masalah yang wajib untuk segera diselesaikan. Jika tidak, maka keberadaan hutan bisa jadi hanya akan menjadi sebuah kenangan.
Umumnya, keberadaan ladang berpindah yang terjadi di wilayah Jayapura kerap dilakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat setempat seringkali menggunakan lahan di area perbukitan untuk bercocok tanam. Dengan peralatan apa adanya yang serba tradisonal, masyarakat setempat kerap membuka lahan baru untuk dijadikan area perkebunan. Sayangnya, pembukaan lahan baru tersebut dilakukan dengan cara membakar area hutan yang akan dijadikan daerah perkebunan. Akibatnya, dapat terjadi kebakaran hutan yang mengakibatkan hutan menjadi rusak hingga menyebabkan terjadinya longsor akibat terjadi perubahan struktur tanah.
Kasus lain yang juga mengakibatkan rusaknya area hutan dan menurunnya fungsi hutan adalah adanya penebangan liar / illegal logging. Tidak bisa kita pungkiri, penebangan hutan secara liar / illegal logging masih kerap terjadi di hutan Indonesia. Illegal logging adalah penyebab utama rusaknya hutan di Indonesia. Jika sudah seperti ini, kehidupan flora, fauna dan masyarakat pun akan menjadi terganggu. Terlebih lagi terhadap pasokan air tanah yang akan semakin berkurang / menipis.
Ijin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak diberikan secara tepat oleh Pemerintah (baca: seenaknya) juga merupakan masalah tersendiri. Pemerintah seharusnya lebih ketat dalam memberikan ijin HPH tersebut. Pemberian ijin HPH harus jelas peruntukannya dan tidak termakan oleh bujuk rayu UANG!
Adapun dua solusi sederhana yang dapat kita lakukan utnuk menangani permasalahan kerusakan hutan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut.
- Melakukan pendekatan emosional terhadap masyarakat setempat. Salah satu contohnya adalah dengan mengadakan rubrik diskusi atau dapat juga melalui kegiatan seminar. Dalam seminar atau diskusi tersebut, dapat diadakan dialog ringan menyangkut permasalahan-permasalahan tersebut. Selain itu, dapat juga dijelaskan dampak-dampak yang akan terjadi akibat adanya kerusakan hutan yang kerap terjadi. Dengan demikian, masyarakat menjadi semakin aktif dan giat untuk menanam, melindungi dan melestarikan hutan yang kita miliki karena wawasan yang mereka dapatkan semakin luas.
- Aktif melakukan kegiatan penanaman pohon. Coba Anda bayangkan, jika setiap orang aktif dan mau melakukan penanaman pohon. Maka yang terjadi, kawasan perumahan, perkantoran, atau daerah-daerah lainnya akan semakin hijau dan dapat mencegah terjadinya banjir, tanah longsor maupun erosi. Namun, poin penting yang perlu diingat adalah menaman, menjaga dan merawat. Ya, kita tidak hanya sekedar menanam! Apa gunanya jika kita menanam banyak pohon namun kita biarkan begitu saja? Tentu akan sia-sia bukan?
Info lengkap kegiatan bisa dibaca di postingan Hari Air Sedunia 2010.
Semoga dari wacana dan dua solusi sederhana diatas dapat membuka mata kita secara lebar akan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia. Dan..janganlah kita hanya berharap kepada pemerintah, tetapi buktikan bahwa kita sebagai generasi muda mampu berbuat dan bertindak. Mari selamatkan hutan untuk anak cucu kita! 🙂
NB: Foto-foto diatas diperoleh dari dokumentasi pribadi selama menjadi Mahasiswa Teknik Lingkungan USTJ, Papua (sampai sekarang). 😀
Setuju bgett !!