Pray for Papua

Belakangan ini, Papua kerap kali menjadi topik hangat.  Baik di media cetak maupun elektronik, pemberitaan menyangkut Papua tak ada henti-hentinya. Sebut saja soal aksi penembakan yang baru saja terjadi di Jayapura beberapa hari yang lalu, ditambah lagi dengan aksi pengibaran bendera Bintang Kejora oleh sekelompok orang tak dikenal. 🙁

Kejadian penembakan tersebut terjadi tanggal 16 Agustus 2011, sekitar pukul 06.30 WIT. Kejadian tersebut tepat terjadi di perumahan yang gue tempati saat ini, yakni di gang belakang rumah. Saat kejadian tersebut terjadi, gue baru saja terbangun dari tidur. Saat beranjak dari kasur, gue mendengar rentetan suara tembakan yang tak ada henti-hentinya, “dar…dir..dor..pletuk!”. Alhasil, gue pun segara ngacir dari kamar dan bergegas ke ruang tamu. Gue melihat banyak warga di kompleks gue yang berlarian kocar-kacir. Ada yang berlari sambil menggendong anaknya yang akan pergi ke sekolah, bahkan ada pula yang berlarian sambil membawa belanjaan berupa sayur-mayur :D. Dengan sigap, gue dan salah seorang kakak gue segera menutup kembali jendela dan pintu rumah yang baru saja dibuka! 😆

Dirasa sudah cukup aman, setengah jam kemudian akhirnya gue pun mencoba untuk keluar rumah. Baru beberapa langkah menginjakan kaki di teras depan rumah, bunyi rentetan tembakan pun kembali terdengar. KAMPRET! Gue pun kembali ngacir ke dalam rumah :lol:. Beberapa jam kemudian, situasi pun sudah sedikit kondusif. Berhubung penasaran, gue pun coba mengorek informasi dari tetangga sekitar. Ya..itung-itung jadi wartawan lepas :P.

Ternyata oh..ternyata, di gunung belakang rumah gue sedang bertengger manis 2 buah bendera Bintang Kejora yang diikatkan pada sebuah pohon. Jarak antar kedua bendera tersebut sedikit berjauhan.  Bunyi tembakan tersebut dilakukan oleh aparat kepolisian untuk memastikan bahwa tidak ada tembakan balasan dari pihak pemberontak saat akan menurunkan bendera Bintang Kejora. Tembakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian juga diarahkan ke udara, bukan diarahkan secara langsung dari orang ke orang. Tapi keren deh, benar-benar seru. Mendengar rentetan senjata seperti itu serasa ada di film-film perang. Heboh deh! :lol:.

Bintang Kejora di Abepura
Ngambilnya pake camera digital, bukan kamera DSLR kok 😛

Dengan menggunakan teropong, gue pun melihat secara detail bagaimana proses penurunan bendera Bintang Kejora yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Berhubung medan yang dilalui cukup terjal dan ditambah dengan guyuran hujan, polisi sempat kesulitan untuk menjangkau kedua lokasi bendera tersebut. Tak jarang, aparat pun harus rela tergelincir beberapa kali :D. Tapi syukurlah, dengan semangat juang tinggi yang tak pernah padam, kedua bendera Bintang Kejora tersebut berhasil diamankan. Big applause! 😀

Keramaian Warga dan Wartawan

Bintang Kejora dan Tiang Kayu
Agak telat datangnya, jadi barang buktinya udah dibungkus rapi 😀

Oh..ya, dihari yang sama yakni sekitar pukul 04.30 WIT, sebelum menaikkan bendera Bintang Kejora, ternyata sekelompok orang yang tak dikenal tersebut juga melakukan tindakan penyerangan terhadap warga saat melakukan sholat subuh. Salah seorang remaja masjid Nurus Sakinah terkena panah di bagian pinggang belakang hingga tembus ke bagian depan. Kejadiannya begitu cepat,  terjadi saat ia sedang mengambil air wudhu .  Korban sendiri pernah tinggal di depan rumah dan paling sering nganter undangan masjid ke rumah.

Sesaat setelah terkena panah, korban sempat teriak minta tolong, “Toloooooong! Toloooooooooong!”. Warga yang telah berada di dalam masjid pun mencoba datang untuk menolong. Namun apa daya, bunyi tembakan terdengar begitu kencang sehingga warga berlarian dan menyelamatkan dirinya masing-masing. Saat penyerangan di masjid, Om gue yang menjabat sebagai ketua Masjid juga sedang berada di TKP. Saat mendengar suara tembakan tersebut, Om gue segera merapat ke dinding masjid, sementara warga lainnya ada yang bersembunyi di balik mimbar dan ada pula yang memilih tiarap di atas lantai masjid.

Sodara gue yang mendengar suara tembakan tersebut sempat heboh. “Bapak! Bapak kena tembak!”, sahut sodara gue. Entah karena panik dan begitu sayang dengan ayahnya, sodara gue pun segera berlari dari rumah ke arah masjid tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri. Yup, bak jagoan di film-film, sodara gue pun segera menghampiri Om gue itu. Beruntung, sekelompok orang bersenjata tersebut sudah melarikan diri. Ah..so sweet banget yah! 😀

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, sudah beberapa hari ini kompleks gue dijaga ketat oleh aparat kepolisian, Brimob maupun TNI. Situasi di Kota Jayapura saat ini sudah cukup kondusif, namun masyarakat masih takut untuk berpergian hingga larut malam. Ya..semoga saja tanah Papua segera aman dan tidak lagi bergejolak. Pray for PAPUA, Stop Violence and Crime!

Comments (49)
  1. nana April 7, 2012, 1:44 pm

    masnya wartawan di jayapura yah? kok saya gak kenal yah?? salam kenal…. blognya bagus….

    • Zippy April 8, 2012, 12:14 am

      Haloo mbak 🙂
      Wajar kok kalo mbaknya gak kenal saya, soalnya saya emang bukan wartawan, hehehe… 😀
      Salam kenal balik dan makasih ya udah berkunjung 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *